Rabu, 11 Januari 2017

Materi Ceramah dan Kultum: Keutamaan dan Kewajiban Menuntut Ilmu bagi Kaum Muslimin dan Muslimah

Materi Ceramah dan Kultum: Keutamaan dan Kewajiban Menuntut Ilmu bagi Kaum Muslimin dan Muslimah


أالسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

إن الحمد لله، نحمده، ونستعينه، ونستغفره، ونتوب إليه، ونعوذ بالله من شرور أنفسنا ومن سيئات أعمالنا، من يهده الله فلا مضل له، ومن يضلل فلا هادي له، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، وأشهد أن محمداً عبده ورسوله

Izzul Islam.Puji Syukur kita hanturkan kepada Alaah SWT, tuhan pemilik semesta Alam, yang senantiasa memberikan rahmat dan hidaya-Nya kepada hadiri semua. Nikmat yang karena kita diberi keimanan dan keislamaan sehingga masih tetap berjalan di atas jalan Allah dan juag nikmat berupa kesehatan dan kesempatan sehingga kita masih dapat melangkahkan kaki ke tempat yang penuh mubarokah ini.

Salam serta Shalawat kita curahkan kepada junjungan nabi besar Muhammad SAW yang telah di utus oleh Allah SWT untuk menunjukkan jalan yang benar, menegakkan panji-panji kebenaran serta menyampaikan rahmat Allah SWT kepada kita sekalian. 

Hadirin yang muliakan oleh Allah SWT

Pada kesempatan yang sangat berbahagia ini, saya ingin memberikan penjelasan ulang dalam bentuk ceramah mengenai keutamaan dan kewajiban menuntut ilmu bagi kaum Muslimin dan Muslimah

Manusia yang dilahirkan ke muka bumi dalam keadaan bersih dan kosong, kecuali mereka yang dikehendaki oleh Allah SWT seperti nabi Isa AS, maka Allah SWT memerintahkan kepada seluruh umat manusia untuk mencari ilmu sebagai bekal dalam menjalani hidup, seperti firman Allah SWT yang menjelaskan bahwa setiap manusia yang lahir dalam keadaan tidak mengetahui apa:

وَاللَّهُ أَخْرَجَكُم مِّن بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ لَا تَعْلَمُونَ شَيْئًا وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَالْأَفْئِدَةَ ۙ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia (Allah SWT) memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur".

Sungguh manusia itu lahir damlam keadaan tidak tau apa-apa, kemudian Allah SWT memberikan rahmat keapda manusia seperti pendengaran dan penglihatan untuk mendapatkan informasi menganai suatu kejadian, belajar dari banyak hal sampai akhirnya menjadi tau, namun menjadi tau saja tidak cukup kemudian Allah SWT memberikan hati agar manusia bisa menimbang mana yang baik dan mana yang buruk berdasarkan ilmu yang telah mereka dapatkan.
Islam memberikan pandangan mengenai ilmu adalah sebuah pelita yang menerangi di saat gelap, sehingga tanpa pelita seseorang akan tersesat. Betapa pentingnya keutamaan Ilmu menurut Islam, sampai-sampai Firman Allah SWT yang pertama adalah perintah untuk membaca, bukan untuk beribadah kepadanya. 

اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ

Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan (QS: Al-Alaq)

Wahyu yang paling pertama memang tidak secara gamblang memberikan perintah belajarlah, tapi bacalah, namun perintah adalah perintah tersirat untuk belajar, karena membaca adalah cara yang paling sederhana dalam belajar. Segala bentuk ilmu diawali dengan membaca baik untuk ayat-ayat yang tertulis maupun ayat-ayat yang ada di alam. 

Wahyu pertama yang turun tidak sama sekali memberikan petunjuk tentang ibadah Sholat, puasa, zakat dan Haji akan tetapi seruan untuk membaca. Beberapa ulama berpendapat dari ayat ini memberikan gambaran bahwa lebih utama orang yang berilmu dibandingkan dengan orang yang beribadah. Hal ini juga diambil dari Hadis Rasulullah SAW 
وَ فَضْلُ اْلعَالِمِ عَلَى اْلعَابِدِ كَفَضْلِ اْلقَمَرِ عَلَى سَائِرُ اْلكَوَاكِبِ, إِنَّ العُلَمَاءَ وَرَثَةُ اْلأَنْبِيَاءِ, إِنَّ اْْلأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِّثُوْا دِيْنَارًا وَلاَ دِرْهَمًا, إِنَّمَا وَرَّثُوْا اْلعِلْمَ فَمَنْ أَخَذَهَ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ


"Keutamaan orang yang berilmu dibanding dengan ahli ibadah, seperti keutamaan bulan purnama atas seluruh bintang-bintang. Sesungguhnya para ulama adalah pewaris para nabi. Sesungguhnya para nabi tidaklah mewariskan dinar dan dirham, (tetapi) mereka mewariskan ilmu. Barangsiapa mampu mengambilnya, berarti dia telah mengambil keberuntungan yang banyak." [HR.Abu Dawud (3641), At-Tirmidzi(2682)].
Mengapa manusia berilmu lebih utama daripada ahli ibadah?
Seorang yang berilmu akan kembali ke jalan yang benar, sehingga ketika ia melakukan sesuatu selalu didasari akan kebenaran. Kebenaran akan mengarahkan seseorang kepada sesuatu yang bersifat hakiki dan tidak ada yang bersifat Hakiki selain Allah SWT, sehingga ilmunya akan menuntunya untuk beribadah, sedangkan orang yang beribadah tanpa didasari ilmu akan membuat kualitas ibadah mereka hanya berdasarkan keyakinan kalau keyakinan itu benar ditujukan untuk Allah SWT, maka orang berilmu masih lebih unggul dalam satu hal, yakni yakin dan berilmu, karena yang berilmu pasti memiliki keyakinan. Mesikpun yang berhak menilai kualitas suatu ibadah tidak lain hanya Allah SWT, tapi pendapat ini juga justru dikuatkan oleh firman Allah dalam 

 يَرْفَعِ اللهُ الَّذِينَ ءَامَنُوا مِنكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَاللهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرُُ

Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmupengetahuan beberapa derajat (Q.s. al-Mujadalah : 11)

Karena pentingnya posisi ilmu dalam kehidupan manusia, Allah sampai memberikan perintah bagi seluruh manusia tanpa pandang bulu, sebagaimana Hadis Rasulullah 
طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ وَمُسْلِمَةٍ

”Mencari ilmu itu adalah kewajiban bagi setiap muslim laki-laki maupun muslim perempuan”. (HR. Ibnu Abdil Barr)

Dari hadis ini memberikan gambaran mengenai pentingnya menuntut ilmu bagi semua orang tidak hanya kaum pria tapi juga wanita, dan dari hadis ini pula memberikan gambaran bahwa Islam tidak mendiskriminasi wanita dalam menuntut ilmu, seperti banyak tudingan yang dilontarkan golongan tertentu.

Menuntut ilmu hukumnya adalah fardu, segala sesuatu yang dilakukan harus dengan ilmu, beribadah tanpa ilmu adalah sesat bahkan seorang non muslim bernama Einstein pun mengakui hal ini, sedangkan ilmu tanpa agama adalah buta. Oleh karena kedua hal ini sangat baik jika dikembangkan bersama-sama. Ibadah yang dilakukan hendaknya disertai dengan ilmunya, hukum dan rukunnya. Tanpa ilmu mustahil dapat menjalankan ibadah dengan benar dan sesuai dengan Syariat.

Ilmu yang dituntut tidak semata-mata hanya untuk beribadah tapi juga untuk urusan dunia, karena sebuah riwayah menjelaskan bahwa manusia dianjurkan untuk mengejar akhirat seolah-olah kamu akan hidup selamanya dan kejarlah akhiratmu seolah-olah kamu akan kembali kepada-Nya esok. Sudah barang tentu untuk dapat bertahan dalam kehidupan harus disertai dengan ilmu karena tanpa ilmu seorang tidak akan memiliki nilai apa-apa. Menuntut ilmu seperti kedokteran, kesehatan , jual beli, hukum, ilmu alam dan ilmu sosial juga merupakan kewajiban meskipun sebagian ulama menggolongkan hukumnya pada fardu khifayah.

Namun dalam menuntut ilmu juga ada batasan, seperti menuntut ilmu yang menjadikan seseorang menjadi sirik atau bahkan merusak diri sendiri seperti ilmu sihir, ilmu santet dan ilmu kebal. Ilmu yang membawa lebih banyak Mudharat bagi diri sendiri maupun bagi orang lain tentunya harus dihindari.

Kebahagian Dunia dan Akhirat dengan Ilmu.

Keutamaan perintah menuntut ilmu lainnya tidak semata-mata untuk beribadah tapi juga untuk kebahagiaan manusia itu sendiri. Allah SWT memberikan perintah yang ketika dilaksanakan akan lebih banyak manfaat bagi manusia dibandingkan meninggalkannya. Dalam sebuah riwayah seorang Sahabat memberi penjelasan kepada seorang muslim lainnya perihal cara mendapatkan kebahagiaan di dunia melalui ilmu

مَنْ أَرَادَ الدُّنْيَا فَعَلَيْهِ بِا لْعِلْمِ وَ مَنْ أَرَادَ الأخِرَةَ فَعَلَيْهِ بِا لْعِلْمِ وَ مَنْ أَرَادَ هُمَا فَعَلَيْهِ بِا لْعِلْمِ

“Siapa yang menginginkan (kebahagiaan) dunia, maka harus dengan ilmu, siapa yang menginginkan (kebahagiaan) akhirat, maka harus dengan ilmu, dan siapa yang menginginkan (kebahagiaan) keduanya (dunia dan akhirat), maka harus dengan ilmu”

Saran ini disampaikan oleh Ali bin Abi Thalib ketika nabi masih hidup dan pada saat tersebut nabi diam sedang diamnnya nabi adalah tanda setuju dengan kata lain, diamnya nabi kala itu memberikan pembenaran atas perkataan dari Ali. Orang yang berilmu akan lebih sulit disesatkan oleh Sayitan dibandingkan dengan orang yang tidak berilmu

“Seorang yang alim lebih sulit digoda oleh syaitan dari pada 1000 ahli ibadah (yang tidak berilmu)” (HR. Tirmidzi)

Hadirin yang sama-sama dirahmati oleh Allah SWT.

Tentu saja sangat banyak manfaat dari seseorang yang menuntut ilmu. tidaklah cukup waktu hanya untuk membahas keutamaan dari ilmu, seperti salah satu contohnya keutamaan ilmu dimasukkan ke dalam amal jariah yang tidak terputus pahala bagi yang menyebarkan meskipun telah meninggal oleh karena itu marilah perbanyak menuntut ilmu baik ilmu dunia maupun akhirat dan janganlah pelit membagikan ilmu tersebut karena sesungguhnya itu adalah amalan jariah yang tiada terputus pahalanya. Allahu A'lam. Akhir kata, Nuun, walqalami wamaa yasthuruun, Fastabiqul khairot. 

Wassalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatu.

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.